Senin, 27 Juli 2009

Adakah Kehidupan setelah kematian.

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki.

(QS Ali Imran: 169)

Atas takdir Allah kaum muslimin di Madinah dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka dipertemukan dengan musuh mereka (orang-orang kafir) dalam suatu peperangan besar. Tidak ada pilihan lain bagi kaum muslimin kecuali menghadapi peperangan ini, sebagai bagian dari komitmen mereka kepada Allah dan Rasul-Nya.

Tapi, ada sebagian dari kaum muslimin yang menolak perintah ini. Mereka adalah orang-orang munafik yang dengan segala macam alasan tidak ikut berperang menghadapi orang kafir.

Dan, pada perang Uhud itu, kaum muslimin mengalami kekalahan akibat kelalaian mereka sendiri.

Orang-orang munafik (yang tidak ikut berperang) ini kemudian dengan bangga dan sombongnya mengatakan kepada saudara-saudara mereka, “andaikan kalian tidak ikut berperang, tentu kalian tidak akan terbunuh dalam peperangan ini.” Mereka seolah-olah puas atas kekalahan kaum muslimin dan senang karena tidak ikut terbunuh dalam perang ini.

Maka Allah menjawab celaan orang-orang munafik ini melalui ayat di atas.

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki.”

Inilah sekelumit kisah dalam Al-quran yang mengandung banyak hikmah. Orang-orang munafik mengira bahwa orang-orang yang mati dalam peperangan (jihad) adalah sesuatu yang sia-sia. Dan, bisa jadi pola pikir seperti ini yang ada dalam pikiran kita semua. Tapi Allah yang Maha Besar memiliki pandangan lain dengan menyatakan bahwa sesungguhnya orang-orang yang gugur di jalan Allah tidaklah mati tetapi tetap hidup di sisi Allah dengan mendapatkan rizki dari Allah.

Tidakkah kita menginginkan hal ini, hidup di sisi Allah dengan segala kenikmatan dan rizki-Nya? Sesungguhnya inilah kenikmatan terbesar dan hakiki bagi kita. Dan Allah telah membuka jalan bagi kita semua untuk dapat meraihnya, yaitu dengan cara berjuang di jalan Allah.

Pada zaman rasul, ini bisa diwujudkan dengan berperang melawan musuh-musuh Allah, yaitu orang-orang kafir. Namun, bagaimana mewujudkan hal ini di zaman sekarang yang berbeda dengan kondisi pada zaman Rasul?

Tentu saja kita tidak bisa menyamakan kondisi pada zaman Rasul dengan kondisi sekarang. Kita tidak bisa melakukan perang secara terbuka dengan orang kafir sebagaimana Rasul bersama kaum muslimin melakukannya pada masa lalu. Kita tidak bisa menggunakan ayat ini untuk membuat legitimasi atas kekerasan atau peperangan atas nama agama (baca: Islam).

Perjuangan yang kita lakukan saat ini secara fisik tentu saja tidak sama dengan perjuangan dan jihad pada masa Rasul. Bagi mereka di Palestina, berjuang melawan penjajah Israel adalah jihad mereka. Dan, mereka wajib melakukannya. Tapi, bagi kaum muslimin di AS atau di Eropa, tentu saja tidak bisa melakukan perjuangannya dengan berperang melawan orang-orang kafir. Mereka melakukannya dengan syiar dan dakwah Islam. Bukankah demikian?

Begitu juga perjuangan umat Islam di Indonesia (seperti kita) tentu saja memiliki bentuk perjuangannya sendiri. Banyak yang bisa kita lakukan dalam memperjuangkan Islam.

Mari kita renungkan firman allah,

“… bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya akan melihat pekerjaan kamu …”

Saat ini kita dituntut untuk menunjukkan sejauh mana kita berbuat bagi keluarga, masyarakat, dan bangsa. Dengan “bekerja” itulah kita berjuang di jalan Allah. Tentu saja bekerja disini mempunyai makna yang sangat luas. Dengan bekerja kita dapat bermanfaat bagi orang lain.

Sebagaimana dalam suatu hadis “sebaik-baik kamu adalah yang paling bermanfaat buat manusia (baca: orang lain)”.

Tidakkah kita menginginkan menjadi orang atau hamba yang terbaik di mata Allah dan mendapatkan kenikmatan hidup di sisinya pada kedu

Kriteria Ketuntasan Minimal

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan telah bergulir dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana-prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Tindak lanjut dari SNP adalah ditetapkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) :
• No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI);
• No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL);
• No. 24 tahun 2006 dan No. 6 tahun 2007 tentang Pelaksanaan SI dan SKL;
• No. 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah;
• No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah;
• No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;
• No. 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan;
• No. 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan;
• No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian;
• No. 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana; dan
• No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses.

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa kurikulum pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Pemerintah tidak lagi menetapkan kurikulum secara nasional seperti pada periode sebelumnya. Satuan pendidikan harus mengembangkan sendiri kurikulum sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan serta potensi peserta didik, masyarakat, dan lingkungannya.

Berbagai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang berkaitan dengan Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan dan pedoman dalam mengembangkan, melaksanakan, mengevaluasi keterlaksanaannya, dan menindaklanjuti hasil evaluasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 14 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa salah satu tugas Subdirektorat Pembelajaran – Direktorat Pembinaan SMA adalah melakukan penyiapan bahan kebijakan, standar, kriteria, dan pedoman serta pemberian bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum.

Selanjutnya, dalam Permendiknas Nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan bahwa rincian tugas Subdirektorat Pembelajaran – Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas antara lain melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman dan prosedur pelaksanaan pembelajaran, termasuk penyusunan pedoman pelaksanaan kurikulum.

Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan berdasarkan standar nasional memerlukan langkah dan strategi yang harus dikaji berdasarkan analisis yang cermat dan teliti. Analisis dilakukan terhadap tuntutan kompetensi yang tertuang dalam rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar; Analisis mengenai kebutuhan dan potensi peserta didik, masyarakat, dan lingkungan; Analisis peluang dan tantangan dalam memajukan pendidikan pada masa yang akan datang dengan dinamika dan kompleksitas yang semakin tinggi.

Penjabaran Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai bagian dari pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilakukan melalui pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus merupakan penjabaran umum dengan mengembangkan SK-KD menjadi indikator, kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran, dan penilaian. Penjabaran lebih lanjut dari silabus dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran.

Penetapan kriteria minimal ketuntasan belajar merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria dalam penilaian, mengharuskan pendidik dan satuan pendidikan menetapkan kriteria minimal yang menjadi tolok ukur pencapaian kompetensi. Oleh karena itu, diperlukan panduan yang dapat memberikan informasi tentang penetapan kriteria ketuntasan minimal yang dilakukan di satuan pendidikan.


B. Tujuan

Penyusunan panduan ini bertujuan untuk:
1. Memberikan pemahaman lebih luas cara menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran di satuan pendidikan, serta melakukan analisis terhadap hasil belajar yang dicapai;
2. Mendorong peningkatan mutu pendidikan melalui penetapan KKM yang optimal sehingga meningkat secara bertahap;
3. Mendorong pendidik dan satuan pendidikan melakukan analisis secara teliti dan cermat dalam menetapkan KKM serta menindaklanjutinya.


C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mencakup pengertian dan fungsi KKM, mekanisme penetapan KKM, dan analisis KKM.


BAB II
PENGERTIAN DAN FUNGSI
KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)


A. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal.

Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.

Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap.

Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.





B. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal

Fungsi kriteria ketuntasan minimal:

1. sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan remedial atau layanan pengayaan;

2. sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan;

3. dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana-prasarana belajar di sekolah;

4. merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain pendidik. Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah;

5. merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk melampaui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat.

BAB III
MEKANISME PENETAPAN KKM


A. Prinsip Penetapan KKM

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal perlu mempertimbangkan beberapa ketentuan sebagai berikut:

1. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan melalui professional judgement oleh pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan;

2. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi

3. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut;

4. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut;

5. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB/Rapor) peserta didik;

6. Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-soal ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS) maupun Ulangan Akhir Semester (UAS). Soal ulangan ataupun tugas-tugas harus mampu mencerminkan/menampilkan pencapaian indikator yang diujikan. Dengan demikian pendidik tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan, karena semuanya memiliki hasil yang setara;

7. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan minimal.


B. Langkah-Langkah Penetapan KKM

Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut:

1. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik dengan skema sebagai berikut:









Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran;

2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian;
3. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan;
4. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik.


C. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah:

1. Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.

Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlah kondisi sebagai berikut:

a. guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada peserta didik;
b. guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi;
c. guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan;
d. peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi;
e. peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep;
f. peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian tugas/pekerjaan;
g. waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam proses pembelajarannya memerlukan pengulangan/latihan;
h. tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar.

Contoh 1.
SK 2. : Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia (stoikiometri)
KD 2.2 : Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum-hukum dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia
Indikator : Menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi

Indikator ini memiliki kompleksitas yang tinggi, karena untuk menentukan pereaksi pembatas diperlukan beberapa tahap pemahaman/penalaran peserta didik dalam perhitungan kimia.

Contoh 2.
SK 1. : Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
KD 1.1. : Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-sifat unsur, massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik serta menyadari keteraturannya, melalui pemahaman konfigurasi elektron
Indikator : Menentukan konfigurasi elektron berdasarkan tabel periodik atau nomor atom unsur.

Indikator ini memiliki kompleksitas yang rendah karena tidak memerlukan tahapan berpikir/penalaran yang tinggi.

2. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah.

a. Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti perpustakaan, laboratorium, dan alat/bahan untuk proses pembelajaran;
b. Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian stakeholders sekolah.


Contoh:
SK 3. : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri
KD 3.3 : Menjelaskan keseimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah keseimbangan dengan melakukan percobaan
Indikator : Menyimpulkan pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan, dan volume pada pergeseran keseimbangan melalui percobaan.

Daya dukung untuk Indikator ini tinggi apabila sekolah mempunyai sarana prasarana yang cukup untuk melakukan percobaan, dan guru mampu menyajikan pembelajaran dengan baik. Tetapi daya dukungnya rendah apabila sekolah tidak mempunyai sarana untuk melakukan percobaan atau guru tidak mampu menyajikan pembelajaran dengan baik.

3. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang bersangkutan

Penetapan intake di kelas X dapat didasarkan pada hasil seleksi pada saat penerimaan peserta didik baru, Nilai Ujian Nasional/Sekolah, rapor SMP, tes seleksi masuk atau psikotes; sedangkan penetapan intake di kelas XI dan XII berdasarkan kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya.

Contoh penetapan KKM

Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran. Contoh:

Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian
Kompleksitas Tinggi
< 65 Sedang
65-79 Rendah
80-100
Daya Dukung Tinggi
80-100 Sedang
65-79 Rendah
<65
Intake siswa Tinggi
80-100 Sedang
65-79 Rendah
<65

Atau dengan menggunakan poin/skor pada setiap kriteria yang ditetapkan.

Aspek yang dianalisis Kriteria penskoran
Kompleksitas Tinggi
1 Sedang
2 Rendah
3
Daya Dukung Tinggi
3 Sedang
2 Rendah
1
Intake siswa Tinggi
3 Sedang
2 Rendah
1

Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan intake peserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah:

1 + 3 + 2
x 100 = 66,7
9

Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 67.

Contoh:

PENENTUAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL PER KD DAN INDIKATOR

Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/semester : X/2
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi

Kompetensi Dasar/Indikator Kriteria Pencapaian Ketuntasan Belajar Siswa (KD/Indikator) Kriteria Ketuntasan Minimal
Komplek
Sitas Daya dukung Intake Penget Praktik
3.1. Mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan
a. Menyimpulkan gejala-gejala hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan.
b. Mengelompokkan larutan kedalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya.
c. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik.
d. Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar


Rendah
(80)


Sedang
(70)


Tinggi
(65)

Tinggi
(65)



Tinggi
(80)


Tinggi
(80)


Tinggi
(80)

Tinggi
(80)



Sedang
(70)


Sedang
(70)


Rendah
(65)

Rendah
(65)

72

76,6



73,3



70


70


72



Nilai KKM KD merupakan angka bulat, maka nilai KKM 72,47 dibulatkan menjadi 72.


Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/semester : X/2
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi

Kompetensi Dasar/Indikator Kriteria Pencapaian Ketuntasan Belajar Siswa (KD/Indikator) Kriteria Ketuntasan Minimal
Komplek
sitas Daya dukung Intake PPK Praktik
3.1. Mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan
a. Menyimpulkan gejala-gejala hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan.
b. Mengelompokkan larutan kedalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya.
c. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik.
d. Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar


Rendah
(3)


Sedang
(2)


Tinggi
(1)

Tinggi
(1)



Tinggi
(3)


Tinggi
(3)


Tinggi
(3)

Tinggi
(3)



Sedang
(2)


Sedang
(2)


Rendah
(2)

Rendah
(2)

75

88,9



77,8



66,7


66,7


75



Catatan: hasil rata-rata dari indikator merupakan nilai KKM untuk KD


BAB IV
ANALISIS KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL



Pencapaian kriteria ketuntasan minimal perlu dianalisis untuk dapat ditindaklanjuti sesuai dengan hasil yang diperoleh. Tindak lanjut diperlukan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan pembelajaran maupun penilaian. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan penetapan KKM pada semester atau tahun pembelajaran berikutnya.

Analisis pencapaian kriteria ketuntasan minimal bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian KKM yang telah ditetapkan. Setelah selesai melaksanakan penilaian setiap KD harus dilakukan analisis pencapaian KKM. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan analisis rata-rata hasil pencapaian peserta didik kelas X, XI, atau XII terhadap KKM yang telah ditetapkan pada setiap mata pelajaran. Melalui analisis ini akan diperoleh data antara lain:

1. KD yang dapat dicapai oleh 75% - 100% dari jumlah peserta didik pada kelas X, XI, atau XII;
2. KD yang dapat dicapai oleh 50% - 74% dari jumlah peserta didik pada kelas X, XI, atau XII;
3. KD yang dapat dicapai oleh ≤ 49% dari jumlah siswa peserta didik kelas X, XI, atau XII.

Manfaat hasil analisis adalah sebagai dasar untuk meningkatkan kriteria ketuntasan minimal pada semester atau tahun pembelajaran berikutnya. Analisis pencapaian kriteria ketuntasan minimal dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data perolehan nilai setiap peserta didik per mata pelajaran.


Contoh
FORMAT
ANALISIS PENCAPAIAN KETUNTASAN BELAJAR PESERTA DIDIK PER KD

Nama Sekolah :
Mata pelajaran :
Kelas/semester :

No

Nama Siswa


KKM
Pencapaian Ketuntasan Belajar Peserta Didik/KD
SK 1 SK 2 SK 3
KD KD KD
1.1 1.2 dst 2.1 2.2 dst 3.1 3.2 dst
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
1
2
3
4
5
dst
Rata-rata
Ketuntasan belajar (dalam %)
Frekwensi
jml siswa ≤ 49
50-74
75-100
≥ KKM sekolah


REKAPITULASI PENCAPAIAN KETUNTASAN BELAJAR MINIMAL SEKOLAH

Nama sekolah :
Mata pelajaran :
Kelas :
Kondisi bulan :
No SK No KD KKM Tingkat KKM sekolah Tingkat KKM pencapaian
Sekolah pencapaian maks rerata min maks rerata Min
SK1 KD.1.1 70.00 75.00 75 72,5 70 80 77,5 75
KD 1.2 75.00 80.00
SK 2 KD 2.1 75.00 70.00 75 70 65 70 69 67
KD 2.2 70.00 70.00
KD 2.3 65.00 67.00
dst




DAFTAR PUSTAKA



Harrow, A. J. (1972). A taxonomy of the psychomotor domain: A guided for developing behavioral objective. New York: David Mc Key Company.

Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, (2004). Pedoman Umum Pengembangan Penilaian; Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Mehrens, W.A, and Lehmann, I.J, (1991). Measurement and Evaluation in Education and Psychology. Fort Woth: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Fokus Media.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Jakarta, 2006.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta, 2006.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Popham,W.J., (1999). Classroon Asessment: What teachers need to know. Mass: Allyn-Bacon.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Fokus Media.
http://gurufisikamuda.blogspot.com/2009/02/bagaimana-menetapkan-kkm.html
Mariano Nathanael
27 juli 2009

Senin, 13 Juli 2009

Skripsi Bab I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. pengangguran, kemiskinan, kelaparan, dan tingginya angka kriminalitas merupakan suatu indikasi negara yang belum berkembang dan kualitas pendidikan yang rendah. dengan kata lain untuk meningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) perlu dilakukan pembenahan-pembenahan ke arah pendidikan.
Pergantian kurikulum dari kurikulum 1994, kurikulum berbasis kompetensi (KBK), sampai kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan pendidikan yang berkualitas. Berkaitan dengan hal tersebut, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk memberikan kontribusi yang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik dan bermutu. Lembaga pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (undang-undang No 20 tahun 2003: 10).
Proses belajar mengajar (PBM) yang terjadi di sekolah merupakan kegiatan sentral dalam rangka peningkatan pendidikan yang berkualitas dan bermutu, oleh karena itu peningkatan kualitas pendidikan pada hakekatnya di pengaruhi oleh proses belajar mengajar siswa dan guru di kelas. Slameto (2003: 11) mengemukakan bahwa “Untuk meningkatkan proses belajar mengajar perlu lingkungan yang dinamakan “Discovery learning”, ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah di ketahui.” Didalam Discovery Learning tidak semua yang harus di pelajari di presentasikan secara final, beberapa bagian harus dicari, diidentifikasikan oleh pelajar sendiri. Pelajar harus mencari informasi sendiri kemudian informasi itu di integrasikan ke dalam struktur kognitif yang telah ada, disusun kembali, diubah, untuk menghasilkan struktur kognitif yang baru.
Struktur kognitif adalah perangkat fakta-fakta, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang terorganisasi yang telah di pelajari dan di kuasai seseorang (Slameto, 2003: 24). Mata pelajaran Fisika menuntut adanya Discovery Learning, yakni lingkungan yang sesuai dengan kondisi belajar siswa, sehingga siswa tidak hanya hapal teori saja tetapi mengalami sendiri apa yang sedang di pelajarinya dengan lingkungan yang ia tempati. Dalam kegiatan belajarnya terutama pelajaran Fisika siswa sering di hadapkan pada masalah–masalah tertentu baik dalam pengerjaan soal, maupun dalam penguasaam suatu konsep tertentu, dalam pengerjaan soal siswa seringkali sulit untuk menterjemahkan soal-soal tersebut ke dalam simbol-simbol fisika, kemudian mencocokan rumus yang sesuai dengan apa yang ditanyakan, selain itu siswa juga sulit untuk menggabungkan konsep yang satu dengan yang lainnya yang satu sama lain saling berhubungan. Menurut Kartika Budi (1998: 178) soal yang pernah di kerjakan kemudian di munculkan lagi dengan sedikit saja perubahan dan ternyata siswa tidak dapat mengerjakan, itu menandakan bahwa mereka belum dapat menangkap kerangka berfikirnya, tetapi menghapal penyelesaiannya. Dalam penguasaan konsep siswa seringkali sulit untuk menggabungkan konsep yang satu dengan konsep yang lain, kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran Fisika memiliki tingkat ke abstrakan yang tinggi yang menyebabkan sebagian siswa mengalami kesulitan dalam penguasaanya. Hal ini senada dengan Herbert Druxes (1995: 28) bahwa “pada umumnya siswa masih menganggap fisika merupakan pelajaran yang sulit, berat, banyak rumus, serta perhitungan yang sulit dipahami.” Konsep-konsep yang abstrak dan komplek tersebut baru dipahami jika konsep-konsep yang sederhana dan konkrit sudah dikuasai dan di pahami siswa. Lebih dalam lagi Sumaji (1998: 146) menyatakan bahwa “khususnya dalam pelajaran Fisika, siswa sering dijejali dengan sejumlah formula matematis yang terpaksa harus di hapal siswa, agar siswa dapat mengerjakan soal-soal.”
Ilmu Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian alam dan interaksi di dalamya, oleh karena itu mempelajari fisika tidak hanya menghapal rumus-rumus saja atau konsep-konsep saja, tetapi harus mampu menguasai konsep-konsep tersebut, dan mengaplikasikannya dalam situasi dunia nyata siswa. Dengan dijejalinya siswa oleh banyak rumus tanpa dijelaskan cara penguasaan konsepnya, dan konsep dasarnya siswa akan merasa kesulitan untuk memahami inti dari konsep yang disampaikan tersebut, sehingga tidak sedikit siswa yang nilainya berada di bawah standar kelulusan.
Di bawah ini disajikan data nilai ulangan harian mata pelajaran fisika siswa kelas XII (IPA) SMA Pasundan 4 Bandung dalam bentuk tabel dan gambar, sebagai berikut:
Tabel 1.1 Data Hasil Belajar Siswa Kelas XII SMA (IPA)
Pasundan 4 Bandung Pada Mata Pelajaran Fisika
Nilai Frekwensi
UH 1 UH 2 UH 3
0 – 20 6 7 9
20 – 40 19 21 18
40 – 60 8 1 5
60 – 80 2 6 3
80 – 100 0 0 0

Tabel 1.2 Data Hasil Belajar Siswa Kelas XII SMA Pasundan 4 Bandung Pada Mata Pelajaran Fisika Dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) Sebesar 6,00
Nilai Frekwensi
UH 1 UH 2 UH 3
Di atas KKM 1 6 3
Di bawah KKM 31 29 30
KKM
3 0 2








Gambar1.1 Sebaran hasil belajar siswa kelas XII SMA Pasundan 4 Bandung
(Sumber : Guru Fisika kelas XII SMA Pasundan 4 Bandung)













Gambar1.2 Sebaran hasil belajar siswa kelas XII SMA Pasundan 4 Bandung Dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) Sebesar 6,00
(Sumber : Guru Fisika kelas XII SMA Pasundan 4 Bandung)

Dari data histogram di atas menunjukan bahwa hasil belajar siswa terhadap pelajaran fisika masih rendah, dan ini disebabkan oleh banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai konsep-konsep fisika.
Rendahnya prestasi belajar siswa diantaranya disebabkan oleh pola pikir siswa itu sendiri yang menganggap bahwa fisika itu sulit, banyak rumus, serta perhitungan yang tidak dimengerti, terlebih perhitungannya belum pernah dipelajari dipelajaran matematika, tetapi harus digunakan dipelajaran fisika, sehingga siswa menjadi tidak senang terhadap pelajaran fisika, yang pada akhirnya banyak nilai siswa yang di bawah standar kelulusan. Selain di sebabkan oleh pola pikir siswa di atas, rendahnya prestasi belajar siswa terhadap pelajaran fisika juga disebabkan oleh guru yang kurang kompeten di bidang fisika, dan kurang bisa memberikan motivasi belajar untuk mempelajari hakikat fisika yang sebenarnya, karena masih banyak guru bidang studi fisika yang bukan dari jurusan fisika yang mengajar di sekolah.
Berdasarkan temuan penulis di lapangan pada saat PPL (Praktek pengalaman lapangan) ternyata respon siswa terhadap pelajaran fisika itu masih sangat kurang, bila dibandingkan dengan pelajaran yang lain, padahal pelajaran fisika itu sangatlah penting bagi siswa sebagai generasi pembaharu untuk membangun teknologi yang lebih modern.
Salah satu cara untuk melihat tingkat penguasaan konsep siswa yang berkaitan dengan penyelesaian soal adalah dengan teknik pemecahan masalah model Mettes dan Pilot, yaitu analisis, rencana, penyelesaian, dan penilaian (Kartika Budi, 1998: 175). Pengajaran fisika selalu diikuti oleh pengerjaan soal-soal. Pengerjaan soal berfungsi secara optimal bila meningkatkan pemahaman konsep dan menumbuhkembangkan kemampuan berfikir sintesis analisis yang di perlukan dalam menyelesaikan masalah (Kartika Budi, 1998: 175).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan penguasaan konsep siswa pada pelajaran fisika. Adapun materi yang diangkat menjadi permasalahan untuk dilakukan penelitian adalah Gelombang, karena materi ini penulis rasakan memiliki karakteristik yang khas yang secara umum bersipat kompleks dan abstrak, sehingga dibutuhkan teknik tertentu dalam pembelajarannya. Permasalahan yang muncul adalah sejauh mana penguasaan siswa terhadap konsep fisika pada materi pokok Gelombang? pada tahap mana siswa merasa sulit dalam menguasai suatu konsep fisika pada materi pokok Gelombang?, Dan bagaimana caranya untuk meminimalisir kesulitan siswa Tersebut pada materi pokok Gelombang
Atas dasar permasalahan di atas, penulis mencoba menuangkan ide penulis melalui suatu karya ilmiah dengan judul ''ANALISIS PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK GELOMBANG YANG BERADA DI BAWAH KKM DENGAN TEKNIK PEMECAHAN MASALAH MODEL METTES DAN PILLOT’’ (Penelitian Deskriptif Terhadap Siswa Kelas XII SMA Pasundan 4 Bandung)

B. Rumusan dan batasan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yaitu adanya kesulitan siswa pada materi pokok Gelombang, maka dirumuskan suatu permasalahan yang dapat mempertegas arah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran proses belajar mengajar pada saat diberikan remedial dengan menggunakan teknik pemecahan masalah model Mettes dan Pillot ?
2. Bagaimana gambaran umum penguasaan konsep siswa kelas XII SMA Pasundan 4 Bandung yang di bawah KKM (Kriteria ketuntasan minimal) pada materi pokok Gelombang ?
3. Pada tahap manakah siswa kelas XII SMA Pasundan 4 Bandung yang di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal) mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pada materi pokok Gelombang menurut tahapan pemecahan masalah Mettes dan Pillot ?
4. Adakah perubahan yang signifikan penguasaan konsep siswa kelas XII SMA Pasundan 4 Bandung yang di bawah KKM pada materi pokok Gelombang setelah di berikan remedial berupa teknik pemecahan masalah model Mettes dan Pillot ?
Untuk lebih rinci, penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Penguasaan konsep siswa yang di teliti adalah hanya asfek kognitif saja
2. Materi pokok yang di teliti adalah hanya materi pokok Gelombang, yang di sajikan di kelas XII SMA Pasundan 4 Bandung

C. Definisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan dalam perumusan masalah ini, penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang ada dalam skripsi ini:
1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya ( kamus besar Bahasa indonesia ).
2. Analisis penguasaan konsep adalah penyelidikan terhadap siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap suatu konsep fisika
3. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah standar ketuntasan belajar minimal yang harus diberikan kepada siswa sebagai patokan untuk menentukan tuntas tidaknya siswa dalam memahami suatu konsep fisika
4. Teknik pemecahan masalah model Mettes dan Pillot adalah suatu cara pemecahan soal secara bersistem yang meliputi analisa, rencana, penyelesaian, dan penilaian.
5. Gelombang adalah salah satu materi pokok pelajaran fisika yang disajikan di kelas XII SMA/MA
D. Tujuan Penelitian
Pada prinsipnya tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jawaban permasalahan yang di paparkan dalam rumusan masalah di atas yaitu:
1. Untuk mengetahui gambaran proses belajar mengajar pada saat diberikan remedial dengan mengunakan teknik pemecahan masalah model Mettes dan Pillot
2. Untuk mengkaji gambaran umum penguasaan konsep siswa kelas XII SMA Pasundan 4 Bandung yang di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada materi pokok Gelombang
3. Untuk mengetahui pada tahap manakah siswa kelas XII SMA Pasundan 4 Bandung mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Gelombang
4. Untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan penguasaan konsep siswa kelas XII SMA Pasundan 4 Bandung yang di bawah KKM setelah di berikan remedial dengan teknik pemecahan masalah model Mettes dan Pillot

E. kerangka berfikir
Proses belajar mengajar (PBM) merupakan suatu proses dimana terjadi interaksi antara guru dan siswa untuk mencapi tujuan pendidikan. tujuan pendidikan yang dimaksud adalah terciptanya masyarakat indonesia yang memiliki SDM yang berkualitas dan mampu berkompetensi dengan Negara lain.
Proses belajar mengajar (PBM) yang baik adalah proses dimana siswa mampu mengkonstruk sendiri pengetahuan-pengetahuannya dan menghubungkan apa yang di pelajarinya di sekolah dengan kehidupan sehari-hari, sehingga peran siswa menjadi lebih dominan terhadap lingkungann sekitar dalam rangka mengubah pola pikir masyarakat menuju kearah yang lebih baik dan lebih rasional dalam memacahkan masalah. Menurut R. Gagne (2003: 13) dalam Slameto menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Segala sesuatu yang di pelajari manusia dapat di bagi menjadi 5 kategori , yang di sebut The Domain Of Learnig (Slameto 2003: 14), yaitu:
1. keterampilan motoris ( motor skill ); Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya melempar bola, main tenis, mengemudi mobil, mengetik huruf, dan sebagainya
2. Informasi verbal; Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar; dalam hal ini dapat di mengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu ini perlu intelegensi
3. Kemampuan intelektual; Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar cara inilah yang disebut '' kemampuan intelektual'', misalnya membedakan huruf m dan n, menyebut tanaman yang sejenis
4. Strategi kognitif; Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berfikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual, karena ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat di pelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan-perbaikan secara terus menerus.
5. Sikap; Kemampuan ini tak dapat di pelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau di pengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar; tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.

Dari lima kategori tersebut dapat kita rangkum 3 kategori utama sebagai indikator proses belajar mengajar yaitu asfek kognitif, avektif dan psikomotor. Asfek kognitif meliputi aspek yang berhubungan dengan pengetahuan siswa terkait dengan materi yang di pelajarinya di sekolah dan lingkungan yang siswa tempati, aspek avektif meliputi aspek yang berhubungan dengan perubahan sikap siswa terhadap lingkungan disekitarnya, sementara aspek psikomotor berhubungan dengan skill siswa dalam bentuk gerakan anggota tubuh, misalnya cara menggunakan jangka sorong. Menurut Mulyati Arifin, (1995: 202-203) dalam Diana puspita menyatakan bahwa perbedaan tingkat pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan membagi siswa pada tingkat pemahaman tinggi dan tingkat pemahaman rendah . dengan kata lain ada siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai, ada siswa yang belajar cepat, dan ada siswa yang belajar lambat.
Evaluasi merupakan salah satu cara yang dilakukan guru untuk mengukur perbedaan tingkat penguasaan siswa terhadap suatu konsep tertentu, dalam hal ini konsep Gelombang yang memiliki karakteristik khas dan kompleks. Dengan beragamnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pokok Gelombang , maka harus ada acuan atau kriteria khusus dalam penilain siswa di kelas. Menurut Mimin Haryati (2006: 17) menyatakan bahwa “penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang di tetapkan dalam kurikulum.” Acuan atau kriteria itu di jadikan standar ketuntasan belajar mengajar siswa dan guru di kelas untuk setiap standar kompetensi lulusan.
Menurut Mulyasa (2007: 91) menyatakan bahwa “standar kompetensi lulusan (SKL) satuan pendidikan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang di gunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.” Dalam hal ini KKM (Kriteria ketuntasan minimal) merupakan standar ketuntasan belajar minimal yang tercantum dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dalam rangka untuk meningkatkan pendidikan Indonesia yang berkualitas. Dalam menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) ini ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, diantaranya kompleksitas (kesulitan dan kerumitan), daya dukung, dan intake siswa. Kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) yang maksud adalah tingkat kesulitan setiap kompetensi dasar (KD) yang harus di capai oleh peserta didik, daya dukung yang di maksud adalah kemampuan sumber daya pendukung yang meliputi ketersediaan tenaga, sarana dan prasarana yang di butuhkan, biaya operasional pendidikan, dan manajemen sekolah, sementara intake siswa adalah tingkat kesempurnaan rata-rata peserta didik..
Menurut Anas Sudijono (2003: 9) menyatakan bahwa setidak-tidaknya ada dua macam kemungkinan hasil yang di peroleh dari kegiatan evaluasi ; yaitu:
1. Hasil evaluasi itu ternyata menggembirakan, sehingga dapat memberikan rasa lega bagi evaluator, sebab tujuan yang telah di tentukan dapat tercapai dengan yang di rencanakan.
2. Hasil evaluasi itu ternyata tidak menggembirakan atau bahkan menghawatirkan, dengan alasan bahwa berdasar hasil evaluasi ternyata di jumpai adanya penyimpangan-penyimpangan, hambatan atau kendala, sehingga mengharuskan evaluator untuk bersikap waspada. ia perlu memikirkan dan melakukan pengkajian ulang terhadap rencana yang telah di susun, atau mengubah dan memperbaiki cara pelaksanaan nya.

Peningkatan prestasi belajar merupakan suatu yang di dambakan oleh setiap guru dan siswa yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Peningkatan itu di tandai dengan banyaknya siswa hasil belajarnya berada di atas batas ketuntasan belajar minimal atau yang di sebut KKM (kriteria ketuntasan minimal). Banyaknya hasil belajar siswa yang diatas KKM (kriteria ketuntasan minimal) menunjukan bahwa guru sebagai pengajar telah berhasil membimbing siswa ke arah yang lebih baik, namun semua itu tidak lah mudah terlebih untuk mata pelajaran fisika yang memiliki ke abstrakan yang tinggi, di perlukan strategi dan teknik tertentu agar hasil belajar siswa meningkat.
Di antara teknik yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemecahan masalah model Mettes dan Pillot yang meliputi langkah-langkah : analisis, rencana, penyelesaian, dan penilaian (Kartika Budi, 1998: 175). Analisis yang di maksud adalah tahap mengidentifikasi data-data dan permasalahannya, rencana yang dimaksud adalah analisis untuk menetapkan langkah-langkah penyelesaian dan pemilihan konsep, hukum, persamaan, dan teori yang sesuai untuk setiap langkah yang memerlukannya, sementara penyelesaian yang dimaksud adalah tahap realisasi dari langkah-langkah yang telah di rancang dan penggunaan konsep, hukum, dan teori yang telah di pilih .
Dengan teknik pemecahan masalah model Mettes dan Pillot ini siswa tidak hanya mendapat jawaban soal, tetapi atas pengetahuannya itu juga memperoleh penguasaan yang sedemikian hingga mereka mampu menerapkannya dalam keadaan lain walaupun jenis permasalahannya berbeda dengan apa yang disampaikan oleh gurunya, karena masih banyak siswa yang hanya melihat seseorang memecahkan masalah atau menghapalkan contoh-contoh penyelesaiannya tanpa memahami tahap demi tahap pemecahan masalahnya, sehingga ketika diberikan permasalahan yang sedikit berbeda dengan apa yang di sampaikan oleh gurunya siswa tidak bisa memecahkan masalahnya.
pada dasarnya langkah-langkah di atas sudah di perkenalkan dan di biasakan sejak siswa di sekolah menengah pertama, khusunya dalam mata pelajaran sains (terutama fisika dan kimia), dengan format: diketahui:….., ditanyakan:………, dan jawab: . bila di perhatikan dengan cermat, aspek analisis penyelesaian belum tampak dengan jelas, karena pada umumnya pada bagian penyelesaian langsung muncul perhitungan-perhitungan matematis. Menurut Kartika Budi (1998: 176) menyatakan bahwa “bagian terpenting dari penyelesaian soal-soal fisika adalah kerangka berfikir penyelesaiannya, bukan perhitungan matematisnya, apalagi hasil akhirnya.” Kerangka berfikir atau analisis penyelesaian dapat di munculkan secara eksplisit dengan tuntutan bahwa penyelesaian soal harus terdiri dari dua tahap , yaitu analisis penyelesaian yang berisi langkah-langkah yang akan di tempuh meliputi penggunaan hukum-hukum, teori atau persamaan-persamaan yang akan di gunakan, dan baru kemudian perhitungan matematisnya.
Adapun materi yang akan di gunakan penulis dalam penelitian ini adalah Gelombang yang terdiri dari sub-sub materi, yaitu gejala gelombang, gelombang berjalan, gelombang stasioner pada ujung terikat, dan gelombang stasioner pada ujung bebas yang memiliki karakteristik khas dan kompleks, sehingga di butuhkan strategi atau teknik tertentu dalam proses belajar mengajarnya. Teknik pemecahan masalah model mettes dan pilot diharapkan mampu mengatasi kesulitan siswa dalam memahami konsep Gelombang, yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa .
Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran di atas secara skematik dapat di gambarkan pada gambar1.3





















Gambar1.3 Skema Kerangka Berfikir
F. Langkah-langkah Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan studi pendahuluan
Sebelum melakukan penelitian penulis terlebih dahulu melakukan observasi ke lokasi penelitian yaitu SMA Pasundan 4 Bandung Tujuan dari observasi ini adalah untuk melihat kemungkinan di lakukannya penelitian terhadap siswa terkait dengan pemahaman siswa terhadap konsep Gelombang. Dari hasil studi pendahuluan yang penulis dapatkan di SMA Pasundan 4 Bandung melalui guru fisika yang bersangkutan didapatkan bahwa SMA Pasundan 4 Bandung ini berada dibawah yayasan pendidikan dasar dan menengah pasundan, selain itu penulis juga mendapatkan bahwa respon siswa terhadap pelajaran fisika masing sangat minim bila dibandingkan dengan pelajaran yang lain, sehingga banyak siswa yang tidak menguasai konsep-konsep fisika terlebih pada konsep gelombang, itu terlihat dari banyaknya hasil belajar siswa yang berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
2. Metode penelitian
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Mohammad Natsir (1983: 54) menyatakan bahwa ''metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang''. metode ini digunakan untuk menggambarkan penguasaan konsep siswa yang berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada materi pokok Gelombang, baik sebelum atau pun sesudah di beri remedial berupa teknik pemecahan masalah model Mettes dan Pillot.
Untuk memperoleh gambaran jelas mengenai penguasaan konsep siswa yang di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada materi pokok Gelombang di lakukan dengan cara tes tulis
3. Populasi dan Sampel penelitian
Cara penarikan sampel dari populasi menggunakan teknik non probability sampling. Teknik non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk di pilih menjadi sampel .
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah diambil satu kelas dari Lima kelas yang ada yakni kelas XII (IPA) yang berjumlah 35 orang, sementara sampel nya di ambil dari kelas tadi yang nilainya berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).
4. Jenis Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif yang di peroleh dari penguasaan konsep siswa pada materi pokok Gelombang yang didapat dari tes tulis baik sebelum diberikan remedial, maupun setelah diberikan remedial dengan menggunakan teknik pemecahan masalah model Mettes dan Pillot.
5. Alur penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang ada yakni rendahnya respon siswa terhadap mata pelajaran fisika, sehingga siswa menjadi tidak senang terhadap pelajaran fisika yang pada akhirnya banyak nilai siswa yang berada dibawah standar ketuntasan belajar minimal, maka langkah-langkah yang di lakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut di susun suatu alur penelitian yang di gunakan sebagai acuan atau pedoman dalam melakukan peneltian. Adapun prosedur penelitian yang di gunakan terdiri dari 3 tahap sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
1) Menganalisis materi pokok Gelombang berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidian (KTSP)
2) Melakukan study pendahuluan
3) Membuat kisi-kisi instrument
4) Membuat instrument
5) Melakukan uji coba soal instrument
6) Menghitung validitas dan realibilitas instrument
7) Merevisi instrument jika di perlukan
b. Tahap pelaksanaan
1) Pretest (sebelum diberikan remedial dengan teknik pemecahan masalah model mettes dan pillot)
2) Analisis hasil pretest
3) Post test (setelah di berikan remedial dengan teknik pemecahan masalah model mettes dan pillot)
4) Analisis hasil post test
c. Tahap Pembuatan laporan
1) Menyimpulkan hasil analisis data
2) Menyusun laporan penelitian






















Gambar 1.4 Alur Penelitian
6. instrument pengambilan data
Dalam penelitian ini instrument pengambilan data yang di gunakan yaitu dengan test tulis.Tes tulis di gunakan untuk mengetahui gambaran umum penguasaan konsep siswa yang di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada materi pokok Gelombang. Menurut suharsimi Arikunto (2006: 223) “khusus untuk prestasi belajar yang biasa di gunakan di sekolah dapat di bedakan menjadi dua”, yaitu:
1) Tes buatan guru adalah tes yang di susun oleh guru dengan prosedur tertentu, tetapi belum mengalami uji coba berkali-kali sehingga tidak diketahui ciri-ciri dan kebaikannya.
2) Tes testandar adalah tes yang biasanya sudah tersedia di lembaga testing, yang sudah terjamin ke ampuhannya.

Instrument tes yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tes buatan guru berbentuk uraian. Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraiakan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri (Nana sudjana, 2008: 35). Keunggulan tes uraian adalah :
a. Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis dan sistematis
b. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving).

Dengan mempertimbangkan keluasan materi gelombang yang terdiri dari sub-sub materi yaitu gejala gelombang, gelombang berjalan, gelombang stasioner pada ujung terikat, dan gelombang stasioner pada ujung bebas, maka diambil satu soal dari setiap sub-sub materi tersebut, sehingga jumlah soal yang akan dijadikan instrument penelitian adalah sebanyak 5 soal uraian.
7. Analisis instrument penelitian
Sebelum pengambilan data terlebih dahulu di lakukan uji instrument terhadap objek di luar sampel penelitian . menurut Nana Sudjana (2008: 12) menyatakan bahwa suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memilki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya dan ketetapannya atau keajegannya atau reliabilitasnya. Uji instrument ini di lakukan untuk mengetahui validitas, realibilitas, daya pembeda, dan daya tingkat kesukaran instrument penelitian.
a. Validitas instrument
Uji validitas dilakukan untuk menguji ketepatan dari sebuah instrument dengan apa yang akan di ukur. dalam hal ini uji validitas di lakukan agar terdapat kesesuaian antara indikator dengan soal atau instrument yang di berikan, sehingga intrumen yang digunakan benar-benar mengukur apa yang akan di ukur yaitu hasil belajar siswa atau penguasaan konsep siswa Agar instrument ini memiliki validitas yang tinggi maka penyusunannya di konsultasikan dengan dosen pembimbing. Metode yang di gunakan dalam menguji validitas instrument ini adalah dengan menggunakan rumus product moment. :




Keterangan:
= Koefisien korelasi antara variabel x dan variable y, dua variabel yang di korelasikan


kuadrat dari x
kuadrat dari y
Adapun indeks validitasnya adalah sebagai berikut:
Tabel.1.3 Validitas Instrument
Koefisien Korelasi Validitas
0,900 – 1.00 Sangat tinggi
0,700 – 0,900 Tinggi
0,400 – 0,700 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,00 – 0,200 Sangat rendah
(Ngalim Purwanto, 1987: 139)
b. Reliabilitas instrument
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui keajegan atau ketetapan dari sebuah instrument. suatu tes di katakan mempunyai kepercayaan yang tinggi jika tes dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasil nya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti Metode yang di gunakan dalam menguji reliabilitas ini adalah dengan menggunakan rumus rulon
(Suharsimi Arikunto, 1986: 99)

Ketarangan :
Reliabilitas instrument
Varians beda d = perbedaan antara skor belahan pertama dengan skor belahan kedua
Varians total

c. Daya pembeda
Daya pembeda dari suatu soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). ( Suharsimi Arikunto, 1986: 211) . bagi suatu soal yang dapat di jawab benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik pandai maupun bodoh tidak dapat menjawab dengan benar. Soal yang baik adalah soal yang dapat di jawab oleh siswa-siswa yang pandai saja. Untuk menentukan daya pembeda dari suatu soal di gunakan rumus sebagai berikut :
( Suharsimi Arikunto, 1986: 213)

Keterangan:
J = jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

d. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan variasi tingkat kesukaran suatu soal untuk mengukur kemampuan siswa pada suatu konsep tertentu. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha pemecahannaya, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Menurut Suharsimi Arikunto (1986: 210) indeks kesukaran di klasifikasikan sebagai berikut:
Tabel.1.4 Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Keterangan
1,00 – 0,300 Sukar
0,30 – 0,70 Sedang
0,70 – 1,00 Mudah

Metode yang di gunakan untuk menentukan taraf kesukaran suatu soal adalah dengan menggunakan rumus :
(Suharsimi Arikunto, 1986: 208)
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta test

8. Analisis dan pengolahan data
Analisis dan pengolahan data digunakan untuk menjawab rumusan masalah.. Dari penelitian ini akan diperoleh data kuantitatif dari hasil tes. Adapun langkah-langkah pengolahan datanya adalah sebagai berikut
a. Untuk menjawab rumusan masalah pertama yaitu gambaran proses belajar mengajar yang menggunakan teknik pemecahan masalah model Mettes dan Pillot dilakukan dengan cara menganalisis hasil observasi pada saat melakukan remedial dengan teknik pemecahan masalah model Mettes dan Pillot.
b. Untuk menjawab rumusan masalah ke dua yaitu gambaran umum penguasaan konsep siswa yang berada di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal) pada materi pokok gelombang digunakan langkah-langkah analisis sebagai berikut:
a) Menentukan kunci jawaban siswa
b) Memberikan skor sesuai dengan kunci jawaban pada masing-masing soal, dengan kriteria sebagai berikut:


Tabel.1.5. Skoring
Tahap penyelesaian soal Skor
Tahap analisis soal 30
Tahap perencanaan penyelesaian soal 30
Tahap penyelesaian soal 20
Tahap penilaian 20
Jumlah 100

c) Menentukan kelompok siswa yang diatas KKM dan yang di bawah KKM, dengan nilai KKM di SMA Pasundan 4 Bandung sebesar 60
d) Menentukan persentase penguasaan konsep siswa yang dibawah KKM berdasarkan perolehan skor
Rumus penilaian dalam bentuk persen menurut ngalim purwanto (2008: 102) adalah sebagai berikut:

Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau yang diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = Bilangan tetap

a) Mengelompokan persentase penguasaan konsep siswa yang di bawah KKM berdasarkan persentase masing-masing
Tabel.1.6 Kategori Penguasaan Konsep Siswa
Persentase Jumlah Siswa
10% - 20%
20% - 30%
30% - 40%
40% - 50%
50% - 60%

Setelah persentase masing-masing siswa yang dibawah KKM dikelompokan, kemudian dibuat sebaran penguasaan konsep siswa dalam bentuk tabulasi.
c. Untuk menjawab rumusan masalah ke tiga yaitu letak kesulitan siswa yang berada di bawah KKM (kriteria ketunasan minimal) menurut tahapan pemecahan masalah model Mettes dan Pillot adalah dengan cara menganalisis skor tiap tahapan pemecahan masalah menurut Mettes dan Pillot, adapun langkah-langkah analisisnya adalah sebagai berikut:
1) Mengelompokan data hasil belajar siswa sesuai dengan tahapan pemecahan masalah model Mettes dan Pillot
2) Menentukan persentase penguasaan konsep siswa tiap tahapan pemecahan masalah model Mettes dan Pillot
3) Menentukan rata-rata persentase penguasaan konsep siswa tiap tahapan pemecahan masalah model Mettes dan Pillot
4) Mentabulasikan rata-rata persentase penguasaan konsep siswa tiap tahapan pemecahan masalah model Mettes dan pillot
5) Menentukan letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal gelombang
d. Untuk menjawab rumusan masalah ke empat yaitu adakah perubahan yang signifikan penguasaan konsep siswa yang berada di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal) setelah di berikan remedial dengan menggunakan teknik pemecahan masalah model Mettes dan Pillot adalah dengan cara menganalisis perbandingan persentase penguasaan konsep siswa sebelum diberikan remedial dengan setelah diberikan remedial berupa teknik pemecahan masalah model Mettes dan Pillot. Adapun langkah-langkah analisisnya adalah sebagai berikut:
1) Sebelum diberikan remedial
a) Menentukan kunci jawaban siswa
b) Memberikan skor sesuai dengan kunci jawaban pada masing-masing soal, dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel.1.5. Skoring
Tahap penyelesaian soal Skor
Tahap analisis soal 30
Tahap perencanaan penyelesaian soal 30
Tahap penyelesaian soal 20
Tahap penilaian 20
Jumlah 100

c) Menentukan kelompok siswa yang diatas KKM dan yang di bawah KKM, dengan nilai KKM di SMA Pasundan 4 Bandung sebesar 60
d) Menentukan persentase penguasaan konsep siswa yang dibawah KKM berdasarkan perolehan skor
Rumus penilaian dalam bentuk persen menurut ngalim purwanto (2008: 102) adalah sebagai berikut:

Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau yang diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

b) Mengelompokan persentase penguasaan konsep siswa yang di bawah KKM berdasarkan persentase masing-masing
Tabel.1.6 Kategori Penguasaan Konsep Siswa
Persentase Jumlah Siswa
10% - 20%
20% - 30%
30% - 40%
40% - 50%
50% - 60%

Setelah persentase masing-masing siswa yang dibawah KKM dikelompokan, kemudian dibuat sebaran penguasaan konsep siswa dalam bentuk tabulasi.
2. Setelah di berikan remedial
a) Menentukan kunci jawaban siswa
b) Memberikan skor sesuai dengan kunci jawaban pada masing-masing soal, dengan kriteria sebagai berikut:


Tabel.1.5. Skoring
Tahap penyelesaian soal Skor
Tahap analisis soal 30
Tahap perencanaan penyelesaian soal 30
Tahap penyelesaian soal 20
Tahap penilaian 20
Jumlah 100

c) Menentukan kelompok siswa yang diatas KKM dan yang di bawah KKM, dengan nilai KKM di SMA Pasundan 4 Bandung sebesar 60
d) Menentukan persentase penguasaan konsep siswa yang dibawah KKM berdasarkan perolehan skor
Rumus penilaian dalam bentuk persen menurut ngalim purwanto (2008: 102) adalah sebagai berikut:

Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau yang diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = Bilangan tetap

e) Mengelompokan persentase penguasaan konsep siswa yang di bawah KKM berdasarkan persentase masing-masing
Tabel.1.6 Kategori Penguasaan Konsep Siswa
Persentase Jumlah Siswa
10% - 20%
20% - 30%
30% - 40%
40% - 50%
50% - 60%

Setelah persentase masing-masing siswa yang dibawah KKM dikelompokan, kemudian dibuat sebaran penguasaan konsep siswa dalam bentuk tabulasi.
Setelah tabulasi sebaran penguasaan konsep siswa yang dibawah KKM sebelum remedial didapatkan, kemudian dibandingkan dengan tabulasi sebaran penguasaan konsep siswa yang di bawah KKM setelah remedial. Jika setelah di berikan remedial, tabulasi penguasaan konsep siswa menunjukan terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan, maka terdapat perubahan yang signifikan penguasaan konsep siswa setelah diberikan remedial berupa teknik pemecaha masalah model Mettes dan Pillot. Jika setelah diberikan remedial, tabulasi penguasaan konsep siswa menunjukan tidak terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan, maka tidak terdapat perubahan yang signifikan penguasaan konsep siswa setelah diberikan remedial berupa teknik pemecahan masalah model Mettes dan Pillot.




Daftar Pustaka
Anas Sudijono
2003 Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Diana Puspita
2005 Analisis Pemahaman Siswa Pada Materi pokok Usaha Dan Energi Yang Telah Direduksi Secara Didaktik. Skripsi Uin Sunan Gunung Djati Bandung. Tidak Di publikasikan
Mimin Haryati
2006 Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Gaun Persada Press, Jakarta
Muhammad Natsir
1983 Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Bogor
Mulyasa
2007 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Remaja Rosda Karya, Bandung
Nana Sudjana
2008 Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya, Bandung
Ngalim Purwanto
2008 Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran.Remaja Rosda Karya, Bandung
Slameto
2003 Belajar Dan Faktor Yang mempengaruhinya. Rineka Cipta, Jakarta
Sugiono
2008 Metode Peneltian Pendidikan. Alfabeta, Bandung
Suharsimi Arikunto
2005 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta
Suharsimi Arikunto
2006 Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta
Sumaji, DKK
1998 Pendidikan Yang Humanistis. Kanisius, Yogyakarta

Undang-Undang No 20 Tahun 2003
2003 Sistem Pendidikan Nasional. (Sisdiknas ). Media Wacana, Jogjakarta

Yayat Komarul Hidayat
2002 Analisis Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Bentuk Hitungan Pada Pokok Bahasan Getaran Dan Gelombang Dengan Pendekatan Pemecahan Masalah. Skripsi Uin Sunan Gunung Djati Bnadung. Tidak Di Publikasikan

Aktivitas Gw

4 Juli 2009

Hari ini gue lagi sendirian uuuuy, temen-temen kosan gue lagi pada mudik ke luar kampong, jadi gue sendirian deeeech. Gue rasa aktifitas gue g ada yang bermanfaat hari ini, Cuma tidur, makan (di si ibu sama goreng telor dadar, gorengan tempe, dan sambel terasi, ditambah lalab nya tomat yang baru berbuah hasil dari nanem temen gue dua bulan yang lalu), nyalain computer buat dengerin music, nyuci baju, tu juga kesiangan cos gue baru nyuci jam sebelas siang, tapi untungya cuaca lagi panas, jadi pakaian gue bisa kering dehhhhhh. Kadang gue berfikir siapakah gue ini sebenarnya…?, kenapa gue diciptakan di alam gersang ini, g di alam planet sana, yang tentunya gue bisa merasakan kesejukan yang tiada taranya, harus kemanakah gue melangkah….? Dan gue ntar kira-kira mau jadi apa ya….? …!!!!. A….H Pusing… yang penting gue nikmatin aja segala yang ada. Eeeet,….!! tunggu dulu kamu harus ingat kamu masih punya seorang adik kecil yang harus kamu sekolahin ntar….!! Kamu g bisa ngbiarin adik kecil kamu terlantar begitu saja, kamu harus berfikir………….!!!!. kamu harus jadi orang kaya, supaya kamu bisa nyekolahin adik kamu sampai ke jenjang yang lebih tinggi……!!!. Segitu aja dulu yaaaacch, gue mau shalat maghrib dulu ntar gue sambung lagiii !. sambung lagi yaaach. Aaaaaah gue g mau jadi orang kaya, mendingan jadi orang yang bisa berpengaruh di masyarakat, terhormat, terpandang dan bisa dihargain sama semua orang…!!!, tapi gimana caranyaaaaaaa!! ?. apa daya jual gue di masyarakat, gue g punya keahlian apa-apa selain ngajarin orang tuk belajar tentang alam. Kalo Cuma jadi guru apa yang bisa gue andelin buat ngebahagiain orang tua, dan nyekolahin adik gue,,! Gaji guru…? Aaaa….h g seberapa, paling Cuma abis buat makan dan bensin doang, trus buat nabung gimanaaaa ?, aaaaah.. pusing….ngngnng!!!.

5 Juli 2009
Hari ini gue bangun jam 9.30. gue di bangunin oleh suara dering hp gue yang di telponin oleh temen gue buat ngajakin pulang, katanya siccch buat nyoblos/ nyontreng pilpres dan pil wapres 8 Juli 2009, cos sekarang lagi musimnya kampanye gitu deccch buat pilpres dan pilwapres. Capres dan cawapres ini terdiri dari tiga pasangan calon yaitu, SBY dan Budiono, Megawati dan Prabowo, serta Jusup Kala dan Wiranto. Kira-kira siapa yang akan lo piliiiih ? , aaaaahh, buat gw g ada pilihan, cos semuanya hanya menggombal janji-janji aja toh nyatanya yang udah-udah juga kalo udah duduk di kursi mah g ada yang mikirin nasib gue semuanya disibukan oleh kepentingan pribadi masing-masing. Tapi sebagai warga Negara yang baik kamu harus milih salah satunya dooooong ?.....!!!. aaaah gw g peduli yang penting gw bisa hidup nyaman deeeech. abis bangun gw langsung nyalain computer buat dengerin music sambil curhatan gitu deh di pena ini, tapi sebelumnya gw shalat duha dulu berdo’a supaya cita-cita gw terkabulkan sama yang di atas. Eeeeeh semalam ada kabar gembira looooch, mau tau g ??. gw dapet SMS dari manajer tempat gw ngajar pripat, katanya setiap tenaga pengajar pripat diharapkan hadir tanggal 6 Juli 2009 buat nyusunin schedule time jadwal ngajar,, gw seneng banget tuh…. Akhirnya gw bisa ngajar lagi deccch, setelah sekian lama gw g nagajar-ngajar cos terganggu oleh KKN, yang pada akhirya job gw diambil dech sama yang lain. Yaacc…………..h paling tidak dengan gue ngajar, gw bisa bantuin ortu gw buat nambah-nambah biaya skripsi dan biaya hidup gw. Gaji nya g seberapa sich,,, Cuma lumayan aja buat biaya makan dan keperluan gw. Bulan lalu gw dapat honor 400.000. buat gw honor segitu udah lebih dari cukup buat nutupin keperluan gw, dan gw merasa senang banget karena selain gw dapet honor gw juga bisa mengamalkan ilmu yang gw punya. Udah dulu yaaaach, gw di panggil ama temen gw tuuch!!. Sambung lagi yaach!! Gw makan dengan telor goreng dadar, kerupuk, ditambah dengan sambel padang, uu…h mantap banget. Kali ini gw makannya barengan, cos salah satu temen gw ada yang masak, jadi gw tinggal beli ikannya doang di si ibu.

08 Juli 2008
Haloooo, pa kabar duniaaaaaaaaaaaa!!! Hari ini gue bangun jam 05.30, lumayan ada peningkatan setelah sebelumnya gw bangun kesiangan terus, cos semalem gw tidur jam 21.30, jadi gw bisa bangun pagi dechh, biasanya gw tidur tuh jam 12 malem ke atas, jadi bangunnya pun suka kesiangan, tapi walaupun bangun kesiangan gw g pernah lupa tuh bwat sholat subuh dulu. Gw semalem ketiduran di kamar kosant temen gw, setelah sebelumnya gw nonton pilm QUICK EKSPRES yang diperankan oleh tora sudiro, aming, dan cewek cuantik Sandra dewi. Wah tuh pilm lucu buanget and ada sedikit hoot nya loch, yang membuat si jefri gw bisa bangun. Gw nonton g sampai tamat, cos gw ketiduran soalnya capek buanget setelah sebelumnya gw ngajar matematika kelas 5 SD di tempat lembaga bimbingan belajar PEC, kemudian gw presentasi di kelas 6 SD buat audisi pemilihan guru terbaik, yaaach walaupun gw g terpilih tapi gw ngerasa senang paling tidak gw bisa tahu kemampuan cara mengajar gw terhadap anak didik gw. Kayaknya gw g terpilih menjadi guru terbaik tuh karena materi pelajarannya kebanyakan biologi yang gue paling g senang dari dulu sejak sekolah SMA. Setelah gw bangun, kemudian gw langsung mandi dan kemudian gw berangkat ke TPS buat ikut serta pemilihan presiden dan wakil presiden. di perjalanan gw ketemu cw yang gw suka, dia pake baju warna kuning dan kerudung putih waaaah cuantik buanget tuh cw, kayaknya gw g mungkin pantas buat jadi cowoknya, pokoknya dia tuh sempurna buanget deeeh, udah tingggi, putih, cantik, solehah lagi, pokoknya g ada duanya deecch…!, jauh buanget dengan gw udah pendek, gede, item, hidup lagiii. Heeeeeee!. Tapi gue g akan menyerah sampai titik darah penghabisan ……..emang perang gituuu…!. Setelah lima menit perjalanan akhirnya gw sampailah di TPS 7, dan gw ikut serta mencontreng. Lo pilih siapa……….?, rahasia dooong,, yang penting lanjutkannnnnnnnn!!!. Abis gue mencontreng, kemudian gw diajak temen gw buat makan di si ibu, katanya sih rumahnya tu cw deket sama si ibu tempat gw makan,, waachh gw jadi semangat tuh buat makannnnnn. Gw makan barengan sama temen gw tatang, dan mahmudin, menu makannnya sih g seberapa, Cuma asin tongkol, tempe sama sambel terasi, tapi rasanya waaah enak buanget, apalagi kalo ditemenin tuh cw wahhh terasa disurga kayaknya gw.. hehehe. Udah dulu yachh, gw mo sholat dhuhur dulu. Sambung lagi yachh. Setelah sholat duhur kemudian gw diajak temen gw tatang buat nonton TV di kamar atas tetangga kosant gw, cos di bawah g ada yang punya TV, ada juga orangnya lagi pada mudik buat nyontreng pilpes dan pilwapres katanya. G kerasa gw nonton TV akhirnya ketiduran, sampai gw bangun udah masuk waktu shalat ashar. Ada peristiwa menarik lo hari ini, mau tau g..?. abis shalat magrib gw dikasih tau temen gw tatang, katanya cw2 lagi pada nongkrong di si ibu, termasuk cw yang gw suka itu, dia ngajakin gw kesana, biasa PDKT (Pendekatan). Kurang lebih 2 menit perjalanan akhirnya gw sampailah di tempat cw2 yang pada lagi nongkrong itu, wah…. pas ketemu, cw2 tuh pada sorak, ada apa ini akang2, g biasanya..pada rapih-rapih, ini khan bukan malam minggu..?. gw jawab aja gw mo ketemu kamu sambil dicandainm, cw2 tuh pada tersenyum. Sebenarnya gw kesana tuh selain mo nemuin cw2 tadi, gw mo beli ikan nasi buat makan ma temen2 di kosan, cos ada sala satu temen gw yang masak nasi, jadi gw ma temen gw tinggal beli ikannya dong di si ibu. Setelah sekian lama gw ngobrol2 sambil candain tuh cw2, ternyata cw yang gw suka tuh g nongol2 juga, gw tanyain deh ma temennya kemana si dia..?, katanya dia mah jarang keluar, dan gw juga kurang akrab ma dia mah. Kemudian gw tanyain deh ma temennya, dia tuh orangnya kayak gimana sih, hal yang paling dia suka apa aja, dan hal yang paling dia benci apa aja,….?, setelah sekian lama gw bertanya, akhirnya dia mengatakan sesuatu yang sangat memuaskan buat gw, katanya banyak cowo2 yang suka ma dia bahkan yang sampai nembak gitu deh, tapi g satu pun yang dia terima, cos katanya dia belum siap untuk yang namanya berpacaran. Waaaaach, jadi menciuuuut deh nyali gw setelah mendengar perkataan temen gw tuh…!!, tapi gw g akan menyerah, ini merupakan tantangan bwt gw, dan ini merupakan tipe cw yang gw cari-cari selama ini. Namanya siapa cuuuuuuuuuy ?, weey rahasia dong…!!, setelah hampir beberapa menit gw ngobrol2 ma tuch cw2, ternyata ikannya udah matang, dan gw ma temen gw Mahmud pulang kembali kekosant, kecuali si tatang, yang lagi PDKT ma sala satu cw2 tadi. Gw makan ma goreng telor dadar, ikan asin, kerupuk, dan tomat yang diambil di kebun hasil nenem temen gw tuch. Setelah Cak-cek-cok gw makan bareng2 ma temen2 gw tuh, gw nonton TV lagi dikamar atas tetangga kosant gw sampai jam 00.30, kemudian gw shalat isya, dan tidur deeeeech.!!!. tamat……t



09 Juli 2009
Halooo pa kabar ciung wanaraaaa!!!. Gw hari ini bangun kesiangan jam 08.45, cos semalem gw nonton TV di kamar atas tetangga kosant gw sampai jam 00.30. semalem gw nonton pilm india, ceritanya ada seorang raja dari kerajaan Bhugol yang meminang seorang wanita dari kerajaan Hindustan. Actor pemeran utamnya adalah Jalaludin Muhammad sebagai kerajaan dari Bugholl dan Alia dari kerajaan Hindustan. singkat cerita, utusan dari kerajaan Hindustan meminang jalaludin Muhammad untuk menikah dengan ratu Hindustan alia, dalam rangka mengikat persaudaraan antara kerajaan Bhugol dan kerajaan Hindustan. Pada awalnya ratu dari Hindustan (alia) tidak mau dinikahkan dengan raja dari kerajaan Bhugol, karena berbeda agama, namun karena bujuk ibu bapaknya dan demi menjaga keamanan dan ketentraman kerajaan Hindustan ratu itu pun akhirnya bersedia dinikahkan dengan raja dari bhugol itu (Jalaludin Muhammad), dengan syarat dia boleh menikahinya asalkan pola pikir,gaya hidup, serta agama yang dia anut tetap di bawa, dalam artian ratu itu g mau mengubah pola pikir tentang agamanya yang jauh berbeda dengan pola pikir di kerajaan bhugol yang beragama islam. Jalaludin Muhammad pun akhirnya menyanggupi syarat yang diberikan ratu dari Hindustan itu, dan terjadilah pernikahan antara raja dari kerajaan bhugol dan raja dari kerajaan Hindustan. Pada malam pertama jalaludin muhammad yang telah menjadi suami dari alia (ratu dari kerajaan bhugol) bermaksud untuk melakukan sesuatu yang layaknya dilakukan oleh pasangan suami istri, tapi ratu dari kerajaan bughol itu menolak dengan alasan belum siap, dan jalaludin Muhammad pun dengan bijaksanya meninggalkan kamar pengantin, dan menyuruh istrinya itu tidur, sementara jalaludin Muhammad pergi keluar kota untuk menyelesaikan masalah kenegaraannya. Melihat perilaku suaminya jalaludin Muhammad ratu itu pun tersentuh hatinya dan mulai menumbuhkan benih-benih cintanya kepada jalaludin Muhammad. Udah dulu yaach gw mo mandi duluuuuuuuuu!!!. Abis mandi gw diajak temen gw tatang pergi ke kampus sekalian gw mo ngambil blanko ke fakultas bwat uji coba soal di SMA Karya budi, sebelum gw ngambil blanko uji coba soal tu, gw membeli dulu Koran di KOPMA (koprasi mahasiswa) bwat nyari informasi terkait dengan pilpres dan pilwapres 8 juli yang lalu. Kemudian abis beli Koran gw pergi ke BMT bwat minjem bulpoin, cos gw lupa tadi g bawa bulpoin dari kosant. Setelah beberapa menit gw ngobrol di BMT, kemudian gw pergi ke fakultas, disana gw ngisi blanko uji coba soal dan ijin penelitian di SMA Pasundan 4 Bandung, kemudian blanko tersebut gw kasih ke petugas (TU) fakultas bwat di bikini surat uji coba soal dan ijin penelitian.

Aktivitas Gw

08 Juli 2008
Haloooo, pa kabar duniaaaaaaaaaaaa!!! Hari ini gue bangun jam 05.30, lumayan ada peningkatan setelah sebelumnya gw bangun kesiangan terus, cos semalem gw tidur jam 21.30, jadi gw bisa bangun pagi dechh, biasanya gw tidur tuh jam 12 malem ke atas, jadi bangunnya pun suka kesiangan, tapi walaupun bangun kesiangan gw g pernah lupa tuh bwat sholat subuh dulu. Gw semalem ketiduran di kamar kosant temen gw, setelah sebelumnya gw nonton pilm QUICK EKSPRES yang diperankan oleh tora sudiro, aming, dan cewek cuantik Sandra dewi. Wah tuh pilm lucu buanget and ada sedikit hoot nya loch, yang membuat si jefri gw bisa bangun. Gw nonton g sampai tamat, cos gw ketiduran soalnya capek buanget setelah sebelumnya gw ngajar matematika kelas 5 SD di tempat lembaga bimbingan belajar PEC, kemudian gw presentasi di kelas 6 SD buat audisi pemilihan guru terbaik, yaaach walaupun gw g terpilih tapi gw ngerasa senang paling tidak gw bisa tahu kemampuan cara mengajar gw terhadap anak didik gw. Kayaknya gw g terpilih menjadi guru terbaik tuh karena materi pelajarannya kebanyakan biologi yang gue paling g senang dari dulu sejak sekolah SMA. Setelah gw bangun, kemudian gw langsung mandi dan kemudian gw berangkat ke TPS buat ikut serta pemilihan presiden dan wakil presiden. di perjalanan gw ketemu cw yang gw suka, dia pake baju warna kuning dan kerudung putih waaaah cuantik buanget tuh cw, kayaknya gw g mungkin pantas buat jadi cowoknya, pokoknya dia tuh sempurna buanget deeeh, udah tingggi, putih, cantik, solehah lagi, pokoknya g ada duanya deecch…!, jauh buanget dengan gw udah pendek, gede, item, hidup lagiii. Heeeeeee!. Tapi gue g akan menyerah sampai titik darah penghabisan ……..emang perang gituuu…!. Setelah lima menit perjalanan akhirnya gw sampailah di TPS 7, dan gw ikut serta mencontreng. Lo pilih siapa……….?, rahasia dooong,, yang penting lanjutkannnnnnnnn!!!. Abis gue mencontreng, kemudian gw diajak temen gw buat makan di si ibu, katanya sih rumahnya tu cw deket sama si ibu tempat gw makan,, waachh gw jadi semangat tuh buat makannnnnn. Gw makan barengan sama temen gw tatang, dan mahmudin, menu makannnya sih g seberapa, Cuma asin tongkol, tempe sama sambel terasi, tapi rasanya waaah enak buanget, apalagi kalo ditemenin tuh cw wahhh terasa disurga kayaknya gw.. hehehe. Udah dulu yachh, gw mo sholat dhuhur dulu. Sambung lagi yachh. Setelah sholat duhur kemudian gw diajak temen gw tatang buat nonton TV di kamar atas tetangga kosant gw, cos di bawah g ada yang punya TV, ada juga orangnya lagi pada mudik buat nyontreng pilpes dan pilwapres katanya. G kerasa gw nonton TV akhirnya ketiduran, sampai gw bangun udah masuk waktu shalat ashar. Ada peristiwa menarik lo hari ini, mau tau g..?. abis shalat magrib gw dikasih tau temen gw tatang, katanya cw2 lagi pada nongkrong di si ibu, termasuk cw yang gw suka itu, dia ngajakin gw kesana, biasa PDKT (Pendekatan). Kurang lebih 2 menit perjalanan akhirnya gw sampailah di tempat cw2 yang pada lagi nongkrong itu, wah…. pas ketemu, cw2 tuh pada sorak, ada apa ini akang2, g biasanya..pada rapih-rapih, ini khan bukan malam minggu..?. gw jawab aja gw mo ketemu kamu sambil dicandainm, cw2 tuh pada tersenyum. Sebenarnya gw kesana tuh selain mo nemuin cw2 tadi, gw mo beli ikan nasi buat makan ma temen2 di kosan, cos ada sala satu temen gw yang masak nasi, jadi gw ma temen gw tinggal beli ikannya dong di si ibu. Setelah sekian lama gw ngobrol2 sambil candain tuh cw2, ternyata cw yang gw suka tuh g nongol2 juga, gw tanyain deh ma temennya kemana si dia..?, katanya dia mah jarang keluar, dan gw juga kurang akrab ma dia mah. Kemudian gw tanyain deh ma temennya, dia tuh orangnya kayak gimana sih, hal yang paling dia suka apa aja, dan hal yang paling dia benci apa aja,….?, setelah sekian lama gw bertanya, akhirnya dia mengatakan sesuatu yang sangat memuaskan buat gw, katanya banyak cowo2 yang suka ma dia bahkan yang sampai nembak gitu deh, tapi g satu pun yang dia terima, cos katanya dia belum siap untuk yang namanya berpacaran. Waaaaach, jadi menciuuuut deh nyali gw setelah mendengar perkataan temen gw tuh…!!, tapi gw g akan menyerah, ini merupakan tantangan bwt gw, dan ini merupakan tipe cw yang gw cari-cari selama ini. Namanya siapa cuuuuuuuuuy ?, weey rahasia dong…!!, setelah hampir beberapa menit gw ngobrol2 ma tuch cw2, ternyata ikannya udah matang, dan gw ma temen gw Mahmud pulang kembali kekosant, kecuali si tatang, yang lagi PDKT ma sala satu cw2 tadi. Gw makan ma goreng telor dadar, ikan asin, kerupuk, dan tomat yang diambil di kebun hasil nenem temen gw tuch. Setelah Cak-cek-cok gw makan bareng2 ma temen2 gw tuh, gw nonton TV lagi dikamar atas tetangga kosant gw sampai jam 00.30, kemudian gw shalat isya, dan tidur deeeeech.!!!. tamat……t